Skip to main content

Posts

Date my Lovely Self

Halo, apa kabar? Lama kita tidak berdua bersama untuk saling memahami ya? Maaf, kegiatan dan orang-orang di sekitarku menyita waktu kita berdua. Aku tau, kamu sudah merengek-rengek minta waktu romantis berdua, sudah lama kita tidak melakukannya. Aku senang, sore ini aku bisa mendengar rengekanmu itu. Dan here we are, berdua saja tanpa seorang pun mengganggu. Senang? Aku senang kalau kau akhirnya juga senang. Yah, aku tau aku sudah lama tidak mendengar kau bercerita. Walau hanya berdua. Diam tetapi ramai di dalam. Senang rasanya. Maafkan ya, aku terlalu sibuk akhir-akhir ini. Terlalu menganggapmu kuat sehingga tidak sadar bahwa ada waktu-waktu kau letih dan lemah. Maaf karena terlalu sering menganggapmu sempurna. Malam ini romantis. Ditemani segelas coffee latte, lemon tea, dan musik jazz di tengah-tengah rintik hujan. Senanglah, karena malam ini milik kita berdua. Menyita waktu bersama agar aku bisa mendengar cerita dan perasaanmu malam ini. Hangatn
Recent posts

Ketika Kami Masih Terjajah

Sakit itu, lebih dari fisik yang nyeri, lebih dari cinta yang pupus. Tapi ketika harga dirimu terjajah. Pindah ke Jakarta untuk melanjutkan studi lanjut merupakan salah satu keputusan terbesarku. Meninggalkan comfort zone dan tinggal di kota yang sering disebut orang kota kejam dan keras. Memang betul, itu adanya. Begitu kerasnya hingga aku harus melindungi tubuhku begitu rupa. Melewati jalanan yang penuh dengan tongkrongan laki-laki dari berbagai golongan, membuatku cukup insecure.  Sehingga aku harus melindungi diriku dengan baik dan waspada. Suatu pagi dengan pakaian yang cukup tertutup dengan rapi, menuju ke kampus tercinta dengan berjalan kaki. Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya menyeletuk padaku, "Neng, jalan yuk neng!" Dengan tetap berjalan menjauh, dalam hati batinku resah dan memberontak. Memang sudah lama dan sudah ter'biasa', aku dan beberapa kaum cewe mendapatkan perlakuan yang sama. Namun kali ini beda. Akhirnya aku menyadari ini

Pintu Sangkar yang Terbuka

Betapa bahagianya mendapat kesempatan untuk dapat melanjutkan menempuh sekolah tinggi sekali lagi. Aku tahu bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama denganku. Sebuah peluang yang mungkin tidak akan datang kedua kali. Bagiku, pendidikan adalah salah satu jalan keluar menuju kemerdekaan. Kemerdekaan berpikir, berkarya, dan mendapatkan kesejahteraan. Lebih dalam dari pemaknaan itu, mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya adalah sebuah cara bagiku untuk 'terbang'. Seperti pintu sangkar yang terbuka, mengantarkanku untuk dapat mengepakkan sayap, bergerak melewati sangkar yang berbatas, mengarungi dunia yang tak terbatas. Menemukan bahwa di luar sana masih ada dunia yang harus dijelajahi dan dinikmati indahnya. Terbang dari sangkar juga menjadi caraku, untuk membuktikan pada mereka yang melihatku dari luar sangkar, bahwa aku tidak bisa tinggal di alam yang sama bebasnya dengan mereka. Untuk itu, haruslah kubuktikan bahwa si burung kecilpun bi